SITUS NOGO BONDO

Situs Nogo Bondo adalah salah satu taman air yang ada di Pesanggrahan Rejowinangun yang ditempati pangeran Rejo Kusuma. Menurut sejarah, Sri Sultan Hamengkubuwono ke I sudah berusia lanjat dan dawuh kepada putra mahkota yaitu Pangeran Rejokusumo untuk segera naik tahta menggantikan ayahanda yang sudah lanjut usia dan sudah merasa tumpangsuh/sering salah dalam mengendalikan pemerintahan Kasultanan Ngayogyokarto Hadiningrat namun Pangeran Rejokusumo saat itu belum bersedia jumeneng noto di Kasultanan Ngayogyokarto Hadiningrat karena merasa masih kurang pengetahuannya/ilmunya mengenai pemerintahan dan juga ilmu kanuragan/kasekten. Untuk itu memohon ijin kepada ayahandanya (Sri Sultan HB I) untuk menuntut/memperdalam ilmu pemerintahan maupun ilmu kanuragan.

            Selanjutnya Kanjeng Sultan HB I mengijinkan mesanggrah di sebelah Sungai Gajah Wong agar lebih focus dalam belajar ilmu pemerintahan maupun ilmu kanuragan dan selanjutnya pesanggrahan tersebut diberi nama Pesanggrahan Rejowinangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono ke I dan Nogo Bondo adalah salah satu taman air yang ada di depan Pesanggrahan Rejowinangun termasuk Umbul Warungboto itu adalah satu kesatuan (rangkaian) dari Nogo Bondo tersebut.

            Dahulu dibelakang Mini Market Amani ada sebuah kolam besardan dari kolam itu ada sepasang patung nogo yang dari pethit (ekor) sampai mulut tengahnya ada rongga yang untuk jalan air sehingga dari kedua mulut nogo tersebut dapat mengeluarkan air, karena ada aliran air dari kolam atau telaga melalui ekor (pethit) naga tersebut. Setelah keluar dari mulut naga, air dialirkan dengan plempem/riul yang terbuat dari tanah liat kemudian dialirkan ke Umbul Warungboto menggunakan plempem tersebut dengan cara ditanam di bawah Sungai Gajah Wong karena kolam/telaga tersebut tempatnya tinggi dan Umbul Warungboto sangat rendah sehingga air dapat memancurkan tanpa pompa air di umbul tersebut.

 

            Keadaanya sekarang Patung Nogo Bondo yang tadinya sepasang sekarang tinggal satu itupun tinggal sedikit badan sampai kepala sedangkan badan sampai ekor sekarang sudah tidak ada. Bahkan menurut penuturan Peter Carey seorang sejahrawan asing yang menulis tentang sejarah Jawa, wilayah Rejowinangun pernah untuk tempat latihan perang yang dipimpin oleh seorang tokoh wanita senopati perang yang bernama Retnaningsih istri daripada Pangeran Diponegoro, dimana Diponegoro itu tokoh semasa Sri Sultan HB I.